Selasa, 13 November 2012


Denpasar, - Setiap tahun Ikatan Koperasi Antarabangsa atau dikenali sebagai International Co-operative Alliance (ICA) merilis 300 besar koperasi kelas dunia. Namun, koperasi Indonesia yang telah berusia 65 tahun, belum ada satu pun yang masuk jajaran 300 top koperasi besar dunia.

"Melalui lembaganya yang bernama URICE yang bermarkas di Italia telah merelease 300 besar koperasi kelas dunia, namun demikian kita masih harus bersabar karena sampai saat ini gerakan koperasi di Indonesia yang berusia 65 tahun, belum ada satu pun koperasi di Indonesia yang masuk dalam 300 koperasi besar dunia," kata Deputi Menteri Koperasi dan UKM Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto.

Hal ini disampaikan Setyo pada pembukaan acara Developing Global 300 Conference di Hotel Sanur Beach, Selasa (13/11/2012) malam.

Disebutkan, Indonesia memiliki sebanyak 192.443 unit koperasi dengan jumlah anggota 33,8 juta. Data yang kinerja hingga Mei 2012, jumlah populasi koperasi Indonesia sebanyak 192.443 unit, dengan anggota berjumlah 33.687.417 orang. Total volume usaha koperasi sebesar Rp 95,062 triliun, seta modan sendiri yang dapat dihimpun dari para anggotanya berjumlah Rp 43,309 triliun, dan modal luar 46,339 triliun.

Salah satu kriteria finansial yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk membuat peringkat koperasi kelas dunia adalah nilai volume bisnis koperasi per tahun. "Pada tahun 2012, Indonesia medaftarkan 5 (lima) koperasi, namun belum berhasil menembus jajaran 300 koperasi besar dunia. Karena koperasi kita memang dari segi omset jauh dibawah peringkat 300 koperasi besar dunia dengan total omset pertahun 12 trilyun, sedangkan koperasi kita yang terbesar baru mencapai 7,77 trilyun," katanya.

Tahun 2012 ICA telah mempublikasikan 300 koperasi berskala besar dunia dalam World Cooperative Monitor (WCM) pada tanggal 31 Oktober 2012, berasal dari 24 negara yang volume bisnisnya mulai dari 1,25 milyar dollar AS ( sekitar Rp 12 triliun) hingga 70,70 milyar dollar AS (sekitar 67 triliun). Koperasi tersebut terbanyak bergerak di sektor keuangan (perbankan, asuransi, koperasi kredit/credit union) sebesar 43 persen, disusul koperasi industri makanan 26 persen , ritail dan konsumsi sebesar 21 persen.

Koperasi Indonesia jika dibandingkan dengan praktik-praktik koperasi di berbagai negara industri maju yang menganut sistem ekonomi liberal dan kapitalistik dinilai oleh banyak kalangan masih jauh tertinggal.

"Kita jalan di tempat dan cenderung tidak mau beranjak dari ketergantungan pada bantuan pemerintah, sementara organisasi koperasi di sejumlah negara tersebut baik di Eropa, Amerika, Canada dan beberapa negara Asia lainnya mampu bertahan, tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan yang terjadi," katanya.

Merujuk pada deklarasi PBB dan amanat dari ICA tersebut, Pemerintah Indonesia mencanangkan bahwa tahun 2012 ini adalah tahun revitalisasi koperasi Indonesia melalui Developing Global 300 Conference. "Diharapkan koperasi Indonesia menjadi kelas dunia agar mampu masuk dalam daftar nominasi baru 300 koperasi kelas dunia yang ditetapkan oleh lembaga ratting ICA," katanya.

Disamping itu juga mendorong terjadinya transaksi dan kemitraan bisnis diantara koperasi peserta kegiatan. Kegiatan Developing Global 300 Conference ini dimaksudkan untuk memfasilitasi terjadinya alih pengetahuan, nilai-nilai, keahlian, dan pengalaman praktis dari para nara sumber koperasi peserta testimonial dan representasi lembaga ratting Internasional yang memiliki sistem dan persyaratan koperasi peserta 300 koperasi kelas dunia kepada gerakan koperasi dan pemangku kepentingan revitalisasi koperasi di Indonesia menuju koperasi kelas dunia.

Targetnya, pada tahun 2013 minimal 2 (dua) unit koperasi Indonesia masuk dalam daftar nominasi 300 koperasi kelas dunia yang dikeluarkan oleh ICA.

(gds/van)


Load disqus comments

0 komentar